Comments

Breaking News
Join This Site

Recent

Bersyukur dalam Sekelumit Rezeki Es Tung Tung

Bersyukur dalam Sekelumit Rezeki Es Tung Tung

KALIANDA (Lampost.co) -- Di bawah rerimbunan akasia, anak-anak sekolah dasar Desa Sumbersari, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, mengerumuni pria berkemeja hitam. Satu per satu para bocah berseragam sekolah lengkap itu mulai menikmati es tung tung di tangan mereka.
Beberapa menit kemudian, para bocah itu melenggang pergi meninggalkan pria penjual es tung tung tersebut. Tidak lama kemudian lelaki berkemeja hitam mulai membunyikan gong kecil yang menggelantung di salah satu tungkai setir gerobak esnya.

"Es tung tung.... es tung tung...," ujar pria bertopi merah itu pada Rabu (23/8/2017).
Tatkala sinar mentari tengah terik-teriknya, itu adalah saat paling tepat bagi dia menyuguhkan dinginnya es tung tung kepada pembeli.

Begitulah cara pria itu mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Baim adalah namanya. Ia merupakan salah satu penjual es tung tung yang kerap berjualan di keramaian para bocah di sekolah maupun di tempat lainnya.

Baim mengaku tidak banyak penghasilan yang didapatkannya selama berjualan seharian menjajakan es tung tung yang dibuatnya itu. Tidak ada pekerjaan yang menetap, Baim pun harus tetap bersyukur dengan hasil yang diperolehnya tersebut.

"Ya, berjualan es tung tung ini enggak banyak hasilnya, Mas. Alhamdulillah, cukup buat kebutuhan sehari-hari. Ketimbang enggak ada penghasilan sama sekali," kata bapak satu anak itu yang kini menginjak usia 32 tahun.

Baim yang merupakan warga Desa Sukapura, Kecamatan Sragi, mengaku dalam sehari mampu mengumpulkan uang sebesar Rp250 ribu—Rp300 ribu. Itu pun belum dipotong untuk modal berjualan keesokan harinya.

"Saya jual es tung tung ini ada dua harga, yakni pakai kerupuk mangkuk seharga Rp1.000 per bijinya dan pakai roti seharga Rp2.000 ribu per bijinya. Agar habis terjual, saya harus keliling antardesa atau kecamatan," kata dia.

Menurut Baim, keuntungannya dari berjualan es tung tung itu ia pergunakan untuk keperluan atau kebutuhan sehari-hari. Jika hasil yang dikumpulkannya itu masih menyisa, uang hasil jerih payah Baim ditabungkan untuk keperluan lainnya.

"Kalaupun ada lebihnya, saya tabungkan buat keperluan lainnya yang lebih mendesak. Kalau saya habiskan semua, di rumah enggak ada simpanan. Yang dikhawatirkan kalau saya sakit, kan bisa buat berobat."

Sumber : Lampost.co, SAI 100 FM, Sai 100 FM  

Recent News